Kesibukan Belajar Fiqih dan
Meriwayatkan Hadits harus Dibarengi dengan Roqo'iq dan Siroh Salaf
Faedah Ilmiah yang Berserakan (39)
Oleh :
Ustadz Abdul Qodir Abu Fa’izah, Lc.
_hafizhahullah_
Seorang pencari ilmu haruslah
membekali diri dengan perkara roqo'iq (hal-hal yang melembutkan hati) dari
Al-Qur'an dan Sunnah.
Sebab, hati yang keras akan susah
menerima dan mengamalkan kebenaran yang ia pelajari. Hati yang lembut dengan
mudahnya mengamalkan apa yang ia terima berupa kebenaran.
Selain itu, seorang pencari ilmu
hendaknya punya ihtimam 'perhatian' dengan siroh (sejarah hidup) para salaf.
Dengannya, ia akan melihat contoh
kesungguhan dalam beramal, dan barometer dalam beramal, sehingga lahirlah
semangat membara dalam mengamalkan kebenaran dan sunnah yang ia pelajari.
Al-Imam Abul Faroj Ibnul Jauziy (wafat 597 H) _rahimahullah_ berkata,
رَأَيْتُ اْلاِشْتِغَالِ بِالْفِقْهِ وَسَمَاعِ
الْحَدِيْثِ لاَ يَكَادُ يَكْفِيْ فِيْ صَلاَحِ الْقَلْبِ؛ إِلاَّ أَنْ يُمْزَجَ بِالرَّقَائِقِ،
وَالنَّظَرِ فِيْ سِيَرِ السَّلَفِ الصَّالِحِيْنَ. فَأَمَّا مُجَرَّدُ الْعِلْمِ
بِالْحَلاَلِ وَالْحَرَامِ، فَلَيْسَ لَهُ كَبِيْرُ عَمَلٍ فِيْ رِقَّةِ الْقَلْبِ؛
وَإِنَّمَا تَرِقُّ الْقُلُوْبُ بِذِكْرِ رَقَائِقِ اْلأَحَادِيْثِ، وَأَخْبَارِ
السَّلَفِ الصَّالِحِيْنَ؛ لِأَنَّهُمْ تَنَاوَلُوْا مَقْصُوْدَ النَّقْلِ، وَخَرَجُوْا
عَنْ صُوَرِ اْلأَفْعَالِ الْمَأْمُوْرِ بِهَا إِلَى ذَوْقِ مَعَانِيْهَا وَالْمُرَادِ
بِهَا.
وَمَا أَخْبَرْتُكَ بِهَذَا إِلاَّ بَعْدَ
مُعَالَجَةٍ وَذَوْقٍ، لِأَنِّيْ وَجَدْتُ جُمْهُوْرَ الْمُحَدِّثِيْنَ وَطُلاَّبِ
الْحَدِيْثِ هِمَّةُ أَحَدِهِمْ فِي الْحَدِيْثِ الْعَالِيْ، وَتَكْثِيْرِ اْلأَجْزَاءِ،
وَجُمْهُوْرُ الْفُقَهَاءِ فِيْ عُلُوْمِ الْجَدَلِ، وَمَا يُغَالَبُ بِهِ الْخَصْمُ.
وَكَيْفَ يَرِقُّ الْقَلْبُ مَعَ هَذِهِ اْلأَشْيَاءِ؟!
"Aku memandang menyibukkan diri dengan
fiqih dan mendengar hadits, hampir saja tak cukup bagi kebaikan hati, kecuali
bila dicampur (dibarengi) dengan perkara-perkara roqo'iq dan merenungi siroh
para salaf sholih.
Adapun sekedar mengetahui halal dan
haram, maka hal itu tidak memiliki pengaruh besar bagi kelembutan hati.
Hanyalah hati akan lembut dengan menyebutkan hadits-hadits roqo'iq dan berita
hidup para salaf sholih. Karena, mereka (para salaf) membahas tujuan dari
penukilan hadits serta keluar dari bentuk perbuatan yang diperintahkan menuju
rasa makna dari perbuatan-perbuatan tersebut dan maksudnya.
Tidaklah aku mengabarimu tentang hal
ini, kecuali setelah menghadapi dan merasakannya. Karena, aku jumpai, mayoritas
ahli hadits dan para pencari hadits, cita-cita seorang mereka adalah dalam hal
(mendapatkan) hadits dengan sanad yang 'ali (tinggi), memperbanyak juz-juz
(kumpulan) hadits. Sementara mayoritas ahli fiqih (cita-cita seorang diantara
mereka) adalah dalam hal ilmu debat dan sesuatu yang dengannya lawan bisa
terkalahkan. Nah, bagaimanakah hati bisa jadi lembut seiring dengan hal-hal
seperti ini?" [Lihat Shoidul Khothir
(hal. 288), karya Ibnul Jauziy, cet. Dar Al-Qolam, 1425 H]
Demikianlah realita sebagian
penuntut ilmu di zaman Ibnul Jauziy -rahimahullah-.
Mereka jauh dari
tujuan belajar, yaitu mengamalkan ilmu dan melembutkan hati dengannya, sehingga
lahir rasa takut kepada Allah -Tabaroka wa Ta'ala-.
Disinilah akan tampak bagi anda
pentingnya belajar hadits-hadits roqo'iq 'yang melembutkan hati', serta
siroh para salaf.
Siroh Salaf amatlah berguna bagi
generasi setelahnya, agar kita melihat dan mengambil teladan.
Adanya teladan
akan menjadi "teman" penyemangat dalam beramal dalam waktu yang
panjang.
Sebab, hati terkadang loyo dan
kehilangan semangat di saat ia tak tahu bahwa disana ada manusia yang telah
mendahuluinya dalam beramal.
Kehidupan para salaf dengan segala
kesusahan, kesederhanaan hidup dan kekurangan harta benda, akan menjadi
penggerak bagi hati kita.
Terlebih lagi bila seseorang berada
di atas kebahagiaan hidup dengan segala harta benda dan fasilitas yang ia miliki.
Hatinya akan bergumam, "Para
salaf dengan segala kesederhanaan, mampu beramal penuh semangat. Lalu kenapa
kami yang berkecukupan, tidak mampu?!"

Komentar
Posting Komentar