“Belajar
Ilmu Agama untuk Diamalkan”
Faedah Ilmiah yang Berserakan (36)
Oleh :
Ustadz Abdul Qodir Abu Fa’izah, Lc.
_hafizhahullah_
[FP : @abu.faizah03]
edisi : Jumat, 19 Dzulqo'dah 1439 H
Mencari ilmu agama dan mempelajarinya dari para ulama dan para ustadz, agar kita mengamalkannya, bukanlah untuk dibanggakan, dijadikan hiasan mulut, atau sekedar sambilan, dan bukan pula untuk mencari dunia dan kedudukan di mata manusia dengan ilmu agama.
Mencari ilmu agama dan mempelajarinya dari para ulama dan para ustadz, agar kita mengamalkannya, bukanlah untuk dibanggakan, dijadikan hiasan mulut, atau sekedar sambilan, dan bukan pula untuk mencari dunia dan kedudukan di mata manusia dengan ilmu agama.
Abul Hasan Ali bin Al-Madiniy
As-Sa'diy (wafat 234 H) _rahimahullah_
berkata,
إِنَّمَا نُقِلَ إِلَيْنَا هَذِهِ الْأَحَادِيثُ
لِنَسْتَعْمِلَهَا، لَا لِنَتَعَجَّبَ مِنْهَا
"Hanyalah dinukilkan hadits-hadits ini
kepada kita, agar kita menggunakannya (mengamalkannya), bukan agar kita takjub
karenanya". [Atsar Riwayat Al-Baihaqiy dalam Syu'abul
Iman (2/303/no. 1874)]
Hadits-hadits yang berisi ilmu dari
Rasulullah _shallallahu alaihi wa sallam_ menjadi pelita bagi kehidupan
kita.
Ilmu itulah yang menerangkan kepada
kita jalan-jalan kebaikan dan jalan-jalan keburukan.
Siapa yang mempelajari ilmu agama
karena hanya ingin berbangga diri dengannya, maka ilmu agama yang ia pelajari
tidak akan membawa keberkahan baginya. Boleh jadi ia akan menjadi sebab yang mengantarkannya kepada kebinasaan.
Di hari kiamat, ilmu itu akan
menjadi musuh baginya dan saksi atas keburukannya, na’udzu billahi min
dzalik.

Komentar
Posting Komentar