Pandanglah Manusia dari Keimanan dan
Amal Sholihnya
Faedah Ilmiah yang Berserakan (32)
Oleh :
Ustadz Abdul Qodir Abu Fa’izah, Lc.
_hafizhahullah_
[FP : @abu.faizah03]
Kehidupan dunia seringkali menipu
kebanyakan orang, sehingga ia pun menjadikan keberhasilan dunia (berupa
banyaknya harta, tingginya kedudukan dan banyaknya pengikut) sebagai tolok
ukur kemuliaan seorang manusia, tanpa menoleh kepada kebaikan agama
seseorang lagi.
Abul Khothhob Qotadah bin Di'amah
bin Qotadah As-Sadusiy Al-Bashriy
(tabi'in tsiqoh tsabt : 60 H – 110-an) -rahimahullah- berkata,
يَا ابْنَ آدَمَ، لاَ تَعْتَبِرِ النَّاسَ
بِأَمْوَالِهِمْ وَلاَ أَوْلاَدِهِمْ، وَلَكِنِ اعْتَبِرْهُمْ بِالإِيْمَانِ وَالْعَمَلِ
الصَّالِحِ
"Wahai anak cucu Adam, janganlah
mengukur manusia berdasarkan harta benda dan anak-anaknya. Akan tetapi ukurlah
mereka berdasarkan keimanan dan amal sholihnya". [Atsar Riwayat Abu Nu'aim dalam Hilyah Al-Auliya' (2/336)]
Ukuran baik tidaknya seorang hamba,
bukanlah kembali kepada keberhasilan dunianya.
Akan tetapi lihatlah kepada taatnya
ia kepada Allah dan jauhnya ia dari maksiat.
Sebab, kebahagiaan hakiki seorang
hamba ada pada “taqwa” seorang hamba kepada Tuhannya.
Sedang taqwa itu terwujud dalam dua
hal :
(1) Seorang hamba selalu mengerjakan amalan-amalan
ketaatan (amal-amal sholih) yang terbangun di atas keikhlasan dalam beramal dan
beramalnya seorang hamba di atas Sunnah (petunjuk) dari Nabi -shollallohu alaihi
wa sallam-.
(2) Selain itu, seorang hamba menjauhi dan meninggalkan
maksiat dan segala perkara yang diharamkan dan terlarang menurut syariat agama,
semata-mata ia takut kepada pedihnya siksa Allah -azza wa jalla-
--------------------------------------
Artikel ini selesai diedit ulang, 18
Syawwal 1439 H = 4 Juli 2018

Komentar
Posting Komentar