Jangan Memaksakan Diri dalam Beramal
Faedah Ilmiah yang Berserakan (28)
Oleh :
Ustadz Abdul Qodir Abu Fa’izah, Lc.
_hafizhahullah_
@abu.faizah03
Dalam beramal, semangat bukanlah
segala-galanya. Sebab, terkadang jika berlebihan semangat dalam beramal, maka
rasa bosan dan malas itu datang menghinggapi diri kita.
Seorang hamba memberikan sedikit
kelonggaran bagi jiwa dengan sesuatu yang bermanfaat dan tidak melalaikan dari
kewajiban syariat, misalnya : ziarah kepada kerabat atau handai tolan, bekerja
mencari nafkah, menuntut ilmu, membaca kitab-kitab, dan lainnya.
Seorang ulama mulia dari kalangan
tabi'in, Abul Khothhob Qotadah bin Di'amah As-Sadusiy Al-Bashriy (tabi'in
tsiqoh tsabt : wafat 110-an H) _rahimahullah_ berkata,
((ابن آدم إن كنت لا تريد أن تأتي الخير الا
بنشاط فإن نفسك إلى السآمة والى الفترة والى الملل أميل، ولكن المؤمن هو المتحامل، والمؤمن المتقوي))
"Wahai anak cucu Adam, jika kamu tak
ingin melakukan kebaikan, kecuali dengan semangat, maka sesungguhnya jiwamu
lebih condong kepada rasa penat, loyo dan bosan. Hanya saja orang beriman itu
adalah orang yang berupaya dan menguatkan diri". [Atsar Riwayat Abu Nu'aim dalam Hilyah Al-Auliya'
(2/336)]
Seorang mukmin mengisi hari-harinya
dengan kebaikan. Jika datang masa loyo dan bosannya, maka ia berusaha dan
berupaya menjaga semangatnya di atas ketaatan dengan melegakannya dalam hal-hal
yang berguna bagi dunia dan akhiratnya.
Ia senantiasa berusaha melakukan
hal-hal yang bermanfaat bagi dunia dan akhirat. Ia tidak pernah terseret dalam
dosa dan maksiat.
Jika pun ia terjerembab dalam dosa,
maka ia bersegera bertobat dan meninggalkannya. Karena, rasa takutnya kepada
Allah _azza wa jalla_ teramat besar!

Komentar
Posting Komentar