Hukum Takbiran di Malam Hari Raya 'Ied al-Fithr




"Hukum Takbiran di Malam Hari Raya 'Ied al-Fithr"

Oleh :
Ustadz Abu Zakariyyah Tamrin At-Tawawiy
_hafizhahullah_

Segala puji hanya bagi Allah penguasa alam semesta yang tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Dia, kita memuji-Nya dan memohon pertolongan  hanya kepadaNYa, juga kita berlindung kepada-Nya dari kejelekan diri dan amalan-amalan kita, barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah tidak ada seorangpun yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang disesatkan maka tidak ada seorangpun yang mampu menunjukinya, shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan atas Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, dan atas seluruh keluarga, para Shahabatnya serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga datangnya hari kiamat.

Sebentar lagi gema takbir akan terdengar, sebagaimana kebiasaan masyarakat di Indonesia; malam lebaran tidak lepas dari gema takbir dari masyarakat yang menyambut gembira datangnya 1 Syawwal yang merupakan hari kegembiraan bagi seluruh umat Islam di seluruh penjuru dunia.


Kebiasaan bertakbir ini terkadang dipertanyakan hukumnya oleh sebagian kaum muslimin, apakah bertakbir di malam lebaran itu dibolehkan? Sebagian orang menganggap bahwa bertakbir itu hanya dilakukan ketika seseorang hendak keluar menuju lapangan shalat 'Ied, sehingga mereka menahan dari melakukan takbir sebagaimana yang biasa dilakukan oleh sebagian masyarakat.

Bolehkah takbiran di malam lebaran? Simak jawabannya berikut ini:

Waktu bertakbir itu dimulai sejak terbenamnya matahari di hari terakhir bulan Ramadhan, ini merupakan madzhab Syafi'iy, Hanbaliy, satu pendapat dari Malikiyyah, ini juga merupakan pendapat sebagian Salaf, dan dipilih oleh Ibnu Hazm, Ibnu Taimiyyah, Ibnu Baaz, Ibnu Utsaimin dan juga difatwakan oleh Lajnah Daaimah.

[lihat: al-Majmu lin Nawawy:5/30, Muhgniy al-Muhtaj: 1/314, al-Inshaf: 2/304, Kasysyaaf al-Qinaa': 2/57, Hasyiyah al-Adawiy 'ala Kifayah ath-Thalib ar-Rabbaniy: 1/394, ats-Tsamar ad-Daniy: 1/251, al-Muhalla: 5/89, Majmu Fatwa Ibnu Taimiyyah: 24/221, Fatawa Nuur ala ad-Darb: 13/355, Majmu Fatawa wa Rasaail al-Utsaimin: 16/259, Fatawa al-Lajnah ad-Daimah: 2/240]

Imam asy-Syafi'iy -rahimahullah- berkata:

سمعت من أرضاه من العلماء بالقرآن و يقول: المراد بالعدة عدة رمضان, و التكبير عند الإكمال

"Aku mendengar dari para ulama yang aku ridhai tentang al-Quran, ia berkata; yang diinginkan dengan bilangan (al-'iddah) adalah bilangan puasa, dan dengan bertakbir ketika penyempurnaan (bulan ramadhan)." (Mughniy al-Muhtaaj: 1/314, Nihayah al-Muhtaaj ila Syarhi al-Minhaaj: 2/397

Imam Nawawy -rahmahullah- berkata:

"Adapun awal waktu bertakbir 'Ied al-Fithr adalah ketika terbenamnya matahari malam 'Ied, ini merupakan madzhab kami, dan madzhab Sa'id bin al-Musayyib, Abu Salamah, Urwah dan Zaid bin Aslam." (al-Majmu: 5/41)

Komentar Para Ulama Madzhab Hanbaliy:

Imam al-Allamah Muhammad bin Abdullah az-Zarkasyi al-Hanbaliy (w-334 H) berkata:

قال: ويظهرون التكبير في ليالي العيدين، وهو في الفطر آكد، لقول الله تعالى: {وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ} [البقرة: 185]
ش: يسن التكبير في ليالي العيدين، لأن ابن عمر كبر فيهما.
قال أحمد: كان ابن عمر يكبر في العيدين جميعا، ويعجبنا ذلك، وهو في الفطر آكد، للآية الكريمة. وقد قال ابن
عباس - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا - وغيره: هو تكبيرات ليلة الفطر ويسن إظهار التكبير، أي رفع الصوت به، إظهارا للشعار وتنبيها للغافل. وكان عمر يكبر في قبته بمنى، فيسمعه أهل المسجد فيكبرون، ويكبر أهل الأسواق، حتى ترتج منى تكبيرا. وظاهر كلام الخرقي أن التكبير لا يتقيد بأوقات الصلوات، بل يكبرون في ليالي العيدين مطلقا، وهو كذلك والله أعلم. (ٍشرح الزركشي على متن الخرقي: 1/ 479)
Ia (al-Khiraqiy) berkata:
"Dan (hendaknya) mereka menampakkan takbir pada malam-malam dua Hari Raya, dan bertakbir lebih ditekankan pada hari Raya ('Ied) al-Fithr, berdasarkan firman Allah Ta'ala:
Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur” (QS.  Al Baqarah: 185)."
Syarah (az-Zarkasyi):
Disunnahkan (untuk) bertakbir pada malam-malam dua Hari Raya, karena Ibnu Umar bertakbir pada keduanya (Ied al-Fithr dan Al-Adhha)
Imam Ahmad berkata: dahulu Ibnu Umar bertakbir pada dua Hari Raya seluruhnya, dan hal itu membuat kami takjub. Dan pada ('ied) al-Fithr lebih ditekankan (untuk bertakbir) berdasarkan ayat yang mulia. Sunnguh Ibnu Abbas –radhiyallahu 'anhuma- berkata:
Ia merupakan takbir-takbir pada malam ('ied) al-Fithr dan disunnahkan untuk menampakkan takbir, maksudnya mengangkat suara dengannya, sebagai bentuk menampakkan syiar Islam dan peringatan bagi orang yang lalai. Dan dahulu Ibnu Ibnu Umar bertakbir dalam tendanya di Mina sehingga didengar oleh orang-orang yang ada di masjid dan mereka pun bertakbir, demikian pula orang-orang di pasar (juga) ikut bertakbir sehingga Mina bergema dengan (suara) takbir.
Dan dzahir ucapan al-Khiraqiy; bahwasanya takbir (itu) tidak terikat dengan waktu-waktu shalat, bahkan hendaknya mereka bertakbir pada malam-malam dua Hari Raya secara muthlak, dan demikianlah halnya, wallahu a'lam." (Syarh az-Zarkasyi 'ala Matni al-Khiraqiy: 1/ 479)

Imam Abdullah bin Ahmad bin Qudamah al-Jamaa'iiliy al-Maqdisiy al-ad-Dimasyqiy al-Hanbaliy -rahimahullah- (w-620 H) berkata:

[مَسْأَلَةٌ إظْهَارُ التَّكْبِيرِ فِي لَيَالِي الْعِيدَيْنِ]
مَسْأَلَةٌ: قَالَ (وَيُظْهِرُونَ التَّكْبِيرَ فِي لَيَالِي الْعِيدَيْنِ، وَهُوَ فِي الْفِطْرِ آكَدُ، لِقَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى {وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ} [البقرة: 185] وَجُمْلَتُهُ أَنَّهُ يُسْتَحَبُّ لِلنَّاسِ إظْهَارُ التَّكْبِيرِ فِي لَيْلَتَيْ الْعِيدَيْنِ فِي مَسَاجِدِهِمْ وَمَنَازِلِهِمْ وَطُرُقِهِمْ، مُسَافِرِينَ كَانُوا أَوْ مُقِيمِينَ، لِظَاهِرِ الْآيَةِ الْمَذْكُورَةِ. قَالَ بَعْضُ أَهْلِ الْعِلْمِ فِي تَفْسِيرِهَا: لِتُكْمِلُوا عِدَّةَ رَمَضَانَ، وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عِنْدَ إكْمَالِهِ عَلَى مَا هَدَاكُمْ.
وَمَعْنَى إظْهَارِ التَّكْبِيرِ رَفْعُ الصَّوْتِ بِهِ، وَاسْتُحِبَّ ذَلِكَ لِمَا فِيهِ مِنْ إظْهَارِ شَعَائِرِ الْإِسْلَامِ، وَتَذْكِيرِ الْغَيْرِ، وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ يُكَبِّرُ فِي قُبَّتِهِ بِمِنًى، يَسْمَعُهُ أَهْلُ الْمَسْجِدِ فَيُكَبِّرُونَ، وَيُكَبِّرُ أَهْلُ الْأَسْوَاقِ، حَتَّى تَرْتَجَّ مِنًى تَكْبِيرًا.
 قَالَ أَحْمَدُ: كَانَ ابْنُ عُمَرَ يُكَبِّرُ فِي الْعِيدَيْنِ جَمِيعًا، وَيُعْجِبُنَا ذَلِكَ.
وَاخْتُصَّ الْفِطْرُ بِمَزِيدِ تَأْكِيدٍ؛ لِوُرُودِ النَّصِّ فِيهِ، وَلَيْسَ التَّكْبِيرُ وَاجِبًا. وَقَالَ دَاوُد: هُوَ وَاجِبٌ فِي الْفِطْرِ؛ لِظَاهِرِ الْآيَةِ. وَلَنَا، أَنَّهُ تَكْبِيرٌ فِي عِيدٍ، فَأَشْبَهَ تَكْبِيرَ الْأَضْحَى، وَلِأَنَّ الْأَصْلَ عَدَمُ الْوُجُوبِ، وَلَمْ يَرِدْ مِنْ الشَّرْعِ إيجَابُهُ، فَيَبْقَى عَلَى الْأَصْلِ، وَالْآيَةُ لَيْسَ فِيهَا أَمْرٌ، إنَّمَا أَخْبَرَ اللَّهُ تَعَالَى عَنْ إرَادَتِهِ، فَقَالَ: {يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ} [البقرة: 185]
 فَصْلٌ: وَيُسْتَحَبُّ أَنْ يُكَبِّرَ فِي طَرِيقِ الْعِيدِ، وَيَجْهَرَ بِالتَّكْبِيرِ.
قَالَ ابْنُ أَبِي مُوسَى: يُكَبِّرُ النَّاسُ فِي خُرُوجِهِمْ مِنْ مَنَازِلِهِمْ لِصَلَاتَيْ الْعِيدَيْنِ جَهْرًا، حَتَّى يَأْتِيَ الْإِمَامُ الْمُصَلَّى، وَيُكَبِّرُ النَّاسُ بِتَكْبِيرِ الْإِمَامِ فِي خُطْبَتِهِ، وَيُنْصِتُونَ فِيمَا سِوَى ذَلِكَ.
قَالَ سَعِيدٌ: حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ، عَنْ نَافِعٍ، عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّهُ كَانَ إذَا خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ إلَى الْعِيدِ كَبَّرَ حَتَّى يَأْتِيَ الْمُصَلَّى. وَرُوِيَ ذَلِكَ عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، وَعَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى، وَاخْتُلِفَ فِيهِ عَنْ إبْرَاهِيمَ
(المغني : 2/ 273-274)

Masalah menampakkan takbir pada dua malam Hari Raya
Masalah: ia berkata: "dan menampakkan takbir pada dua malam Hari Raya, dan bertakbir  ini lebih ditekankan pada hari Raya 'Ied al-Fithr, berdasarkan firman Allah Ta'ala:
Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur” (QS.  Al Baqarah: 185)

Secara global ia disunnahkan bagi manusia untuk menampakkan takbir pada dua malam Hari Raya di masjid-masjid, rumah-rumah dan jalan-jalan mereka, baik mereka sebagai musafir maupun sedang muqim (tidak berpergian) berdasarkan lahiriyyah ayat yang telah disebutkan. Sebagian para ulama berkata dalam tafsir ayat ini: agar kalian menyempurnakan bilangan (bulan) Ramadhan, dan agar kalian mengangungkan Allah ketika menyempurnakannya atas petunjuk-Nya yang diberikan kepada kalian.
Dan makna menampakkan takbir adalah mengangkat suara dengannya, hal itu disunnahkan karena didalamnya terdapat menampakkan syiar Islam dan mengingatkan orang lain, dan dahulu Ibnu Ibnu Umar bertakbir dalam tendanya di Mina sehingga didengar oleh orang-orang yang ada di masjid dan mereka pun bertakbir, demikian pula orang-orang di pasar (juga) ikut bertakbir sehingga Mina bergema dengan (suara) takbir.

Imam Ahmad berkata: dahulu Ibnu Umar bertakbir pada dua Hari Raya seluruhnya, dan hal itu membuat kami takjub. Dan ('ied) al-Fithr dikhususkan dengan lebih ditekankan (untuk bertakbir) karena validnya nash didalamnya, dan bertakbir itu tidak wajib.

Dawud berkata: "bertakbir itu wajib pada hari Raya 'Ied al-Fithr berdasarkan lahiriyyah ayat,"

Adapun bagi kami (Ibnu Qudamah), sesungguhnya ia merupakan takbir di hari 'Ied dan sama dengan dengan takbir 'Ied al-Adhha, juga karena hukum asalnya adalah tidak wajib, dan tidak valid dari syariat tentang kewajibannya, maka ia tetap pada hukum asal, dan ayat (yang dimaksud) tidak mengandung perintah didalamnya, hanya saja Allah mengabarkan tentang kehendak-Nya, Allah berfirman:

"Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu.” (al-Baqarah:185)

Pasal: dan disunnahkan bertakbir di jalan menuju shalat 'Ied dan menjaharkan takbir.
Ibnu Musa berkata: manusia bertakbir ketika keluarnya mereka dari rumah-rumah mereka menuju shalat dua shalat 'Ied dengan mengeraskannya, sampai Sang Imam (shalat 'Ied) tiba di lapangan (shalat), dan manusia bertakbir dengan takbirnya Sang Imam dalam khutbahnya dan diam pada selain (takbir) itu.
Sa'id berkata: Abdul Aziz telah menceritakan kepada kami, ia berkata Ubaidullah bin Umar telah menceritakan kepada kami dari Nafi', dari Ibnu Umar bahwasanya dahulu beliau jika keluar dari rumahnya menuju (shalat) 'Ied bertakbir hingga tiba di lapangan (shalat).
Dan hal itu diriwayatkan dari Sa'id bin Jubair dan Abdurrahman bin Abu Laila, dan diperselisihkan dari Ibrahim." [al-Mughniy: 2/273-274]

Bahaauddin Abdurrahman bin Ibrahim al-Maqdisiy al-Hanbaliy –rahimahullahh- (w-624 H) berkata:
(ويستحب التكبير في ليلتي العيدين) لقوله سبحانه: {وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ} [البقرة: 185] وعن ابن عباس قال: حق على المسلمين إذا رأوا هلال شوال ن يكبروا، هذا في الفطر، (وأما في الأضحى فالتكبير فيه) على ضربين: مطلق ومقيد

"Dan disunnahkan bertakbir pada dua malam 'Ied (Hari Raya 'Ied al-Fitrh dan Adha) berdasarkan firman Allah Ta'ala:

Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur” (QS.  Al Baqarah: 185)

dan dari Ibnu Abbas –radhiyallahu 'anhu-, beliau berkata:
"Hak bagi kaum muslimin tatkala mereka melihat hilal Syawwal untuk bertakbir." (diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dalam tafsirnya: 2/157)

Ini dalam hari raya 'Ied al-Fithr, adapun dalam 'Ied al-Adha maka takbir didalamnya dalam dua bentuk; muthlak dan muqayyad." (Al-Uddah fi Syarh al-Umdah: 1/142)

Al-Faqiih Muhammad bin Tamiim al-Harraaniy -rahimahullah- (w-675 H) berkata:

التكبير في الفطر مطلق, يسن من غروب الشمس ليلته إلى فراغ الإمام من الخطبة. و عنه: إلى خروج الإمام للصلاة, و عنه: إذا وصل إلى المصلى قطع التكبير و إن لم يخرج الإمام, و يجهر بالتكبير في الخروج إلى المصلى في الفطر خاصة. و عنه: يظهره فيهما جميعا.

Takbir pada ('Ied) al-Fithr muthlaq, disunnahkan sejak terbenamnya matahari pada malamnya ('Ied al-Fithr) hingga selesainya imam dari khutbah, dan darinya (Imam Ahmad); (takbiran) itu hingga keluarnya imam untuk melaksanakan shalat ('Ied), dan darinya (Imam ahmad); jika seseorang tiba di lapangan (shalat) ia menghentikan takbir walaupun imam (shalat) belum keluar, dan ia menjaharkan takbir ketika keluar menuju lapangan (shalat) khusus pada (Hari Raya 'Ied) al-Fithr, dan darinya (Imam Ahmad); hendaknya ia menampakkannya (menjaharkan takbir) pada keduanya (Hari Raya 'Ied al-Fithr dan al-Adhha)." (Mukhtashar Ibnu Tamiim: 3/19)

Imam Ali bin Sulaiman al-Maawardiy ad-Dimasyqiy al-Hanbaliy -rahimahullah- (W-885 H) berkata:

قَوْلُهُ (وَيُسَنُّ التَّكْبِيرُ فِي لَيْلَتَيْ الْعِيدَيْنِ) أَمَّا لَيْلَةُ عِيدِ الْفِطْرِ: فَيُسَنُّ التَّكْبِيرُ فِيهَا بِلَا نِزَاعٍ أَعْلَمُهُ وَنَصَّ عَلَيْهِ، وَيُسْتَحَبُّ أَيْضًا: أَنْ يُكَبِّرَ مِنْ الْخُرُوجِ إلَيْهَا إلَى فَرَاغِ الْخُطْبَةِ، عَلَى الصَّحِيحِ مِنْ الْمَذْهَبِ، وَعَلَيْهِ أَكْثَرُ الْأَصْحَابِ مِنْهُمْ الْقَاضِي وَأَصْحَابُهُ، وَهُوَ مِنْ الْمُفْرَدَاتِ.
وَعَنْهُ إلَى خُرُوجِ الْإِمَامِ إلَى صَلَاةِ الْعِيدِ، وَقِيلَ: إلَى سَلَامِهِ. وَعَنْهُ إلَى وُصُولِ الْمُصَلِّي إلَى الْمُصَلَّى، وَإِنْ لَمْ يَخْرُجْ الْإِمَامُ.(
الإنصاف في معرفة الراجح من الخلاف: 2/434-435
dan ucapannya "disunnahkan takbir pada malam dua shalat 'Ied", adapun malam 'Ied al-Fthr; maka disunnahkan takbir padanya tanpa (adanya) perselisihan yang aku ketahui dan ia (Imam Ahmad) menetapkannya, dan disunnahkan juga untuk bertakbir ketika keluar menuju kepadanya (lapangan shalat 'Ied) hingga selesainya khutbah, menurut pendapat yang shahih dalam madzhab (Hanbaliy) dan kebanyakan al-Ashhaab (pengikut madzhab Hanbaliy) berada diatasnya di antara mereka adalah al-Qadhiy (Abu Ya'la) dan para Shahabatnya, dan ia termasuk mufradaat (dalam madzhab Hanbaliy).
Juga darinya (Imam Ahmad), (takbir itu dilakukan) hingga keluarnya imam (shalat) menuju shalat 'Ied, ada yang mengatakan; hingga salamnya (imam), juga darinya (Imam Ahmad), (takbir itu dilakukan) hingga seorang yang (ingin) shalat ('Ied) tiba di lapangan shalat walaupun imam (shalat 'Ied) belum keluar." (al-Inshaf fi Ma'rifati ar-Rajih min al-Khilaf: 2/434-435)

Beliau juga berkata:  
فَائِدَتَانِ. إحْدَاهُمَا: قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: يَرْفَعُ صَوْتَهُ بِالتَّكْبِيرِ. الثَّانِيَةُ: التَّكْبِيرُ فِي لَيْلَةِ الْفِطْرِ آكَدُ مِنْ التَّكْبِيرِ فِي لَيْلَةِ الْأَضْحَى، عَلَى الصَّحِيحِ مِنْ الْمَذْهَبِ نَصَّ عَلَيْهِ، وَعَلَيْهِ الْأَصْحَابُ.
وَاخْتَارَ الشَّيْخُ تَقِيُّ الدِّينِ فِي الْفَتَاوَى الْمِصْرِيَّةِ، أَنَّ التَّكْبِيرَ فِي عِيدِ الْأَضْحَى آكَدُ، وَنَصَرَهُ بِأَدِلَّةٍ كَثِيرَةٍ، وَقَالَ فِي النُّكَتِ: التَّكْبِيرُ لَيْلَةَ الْفِطْرِ آكَدُ مِنْ جِهَةِ أَمْرِ اللَّهِ بِهِ، وَالتَّكْبِيرُ فِي عِيدِ النَّحْرِ آكَدُ مِنْ جِهَةِ أَنَّهُ يُشْرَعُ أَدْبَارَ الصَّلَوَاتِ، وَأَنَّهُ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
Dua faidah:
Pertama: Imam Ahmad berkata: (hendaknya) ia mengangkat suaranya dengan takbir.
Kedua: takbir di malam Hari Raya 'Ied al-Fithr lebih ditekankan daripada takbir pada malam 'Ied al-Adhha, menurut pendapat yang shahih dalam madzhab (Hanbaliy) telah ditetapkan oleh Imam Ahmad, dan para Ashhaab (pengikut madzhab Hanbaliy) berada diatasnya.
Dan dalam (kitab) al-Fatawa al-Mishriyyah Syaikh Taqiyyuddn (Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah) memilih (pendapat) bahwasanya takbir pada 'Ied al-Adhha lebih ditekankan, dan ia menguatkannya dengan dalil-dalil yang banyak, ia berkata dalam (kitab) an-Nukat: takbir pada malam ('Ied) al-Fithr lebih ditekankan dari sisi ia merupakan perintah Allah, dan takbir pada ('Ied) al-Adhha lebih ditekankan dari sisi ia disyariatkan pada setiap selesai shalat, dan juga karena ia disepakati." (al-Inshaf fi Ma'rifati ar-Rajih min al-Khilaf: 2/435)

Mushthafa bin Sa'ad as-Suyuthiy ar-Ruhaibaniy ad-Dimasyqiy al-Hanbaliy –rahimahullah- (w-1243 H) berkata:

(فَصْلٌ) (سُنَّ تَكْبِيرٌ مُطْلَقٌ وَإِظْهَارُهُ، وَ) سُنَّ (جَهْرُ غَيْرِ أُنْثَى بِهِ) ، أَيْ: التَّكْبِيرِ (فِي لَيْلَتَيْ الْعِيدَيْنِ) قَالَ أَحْمَدُ: كَانَ ابْنُ عُمَرَ يُكَبِّرُ فِي الْعِيدَيْنِ جَمِيعًا. (وَ) تَكْبِيرُ عِيدِ (فِطْرٍ آكَدُ) ، لِقَوْلِهِ تَعَالَى: {وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ} [البقرة: 185] ، أَيْ: عِدَّةَ رَمَضَانَ {وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ} [البقرة: 185] (وَ) سُنَّ التَّكْبِيرُ الْمُطْلَقُ (مِنْ خُرُوجٍ إلَيْهِمَا) ، أَيْ: الْعِيدَيْنِ (إلَى فَرَاغِ خُطْبَةٍ) ، لِمَا رُوِيَ عَنْ ابْنِ عُمَرَ «أَنَّهُ كَانَ إذَا غَدَا يَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ الْأَضْحَى يَجْهَرُ بِالتَّكْبِيرِ حَتَّى يَأْتِيَ الْمُصَلَّى، ثُمَّ يُكَبِّرُ حَتَّى يَأْتِيَ الْإِمَامُ» رَوَاهُ الدَّارَقُطْنِيّ (وَ) سُنَّ التَّكْبِيرُ الْمُطْلَقُ (فِي كُلِّ عَشْرِ ذِي الْحِجَّةِ) وَلَوْ لَمْ يَرَ بَهِيمَةَ الْأَنْعَامِ. وَسُنَّ التَّكْبِيرُ الْمُطْلَقُ (بِكُلِّ مَكَان) فِي كُلِّ مَوْضِعٍ يَجُوزُ فِيهِ ذِكْرُ اللَّهِ (مِنْ مَسْجِدٍ وَمَنْزِلٍ وَطَرِيقٍ لِمُسَافِرٍ وَمُقِيمٍ حُرٍّ أَوْ عَبْدٍ) ذَكَرٍ (أَوْ أُنْثَى) مِنْ أَهْلِ الْقُرَى وَالْأَمْصَارِ.

Pasal: disunnahkan takbir muthlak dan menampakkannya dan disunnahkan menjaharkannya kecuali bagi wanita, maksudnya; takbir pada malam dua Hari Raya.
Imam Ahmad berkata: dahulu Ibnu Umar bertakbir pada dua Hari Raya seluruhnya, dan takbir pada 'Ied al-Fithr lebih ditekankan berdasarkan firman Allah Ta'ala " Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya" , maksudnya bulan Ramadhan, " dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu" (al-Baqarah: 185)
Dan disunnahkan takbir muthlak sejak keluar menuju keduanya, maksudnya; dua Hari Raya, sampai selesainya khutbah, berdasarkan apa yang diriwayatkan dari Ibnu Umar <<bahwasanya dahulu beliau jika berangkat pada hari Raya 'Ied al-Fithr dan al-Adhha menjaharkan takbir hingga beliau sampai di Mina, kemudian beliau bertakbir sampai datangnya Imam (shalat)>>. Diriwayatkan oleh ad-Daruquthniy
Dan disunnahkan takbir muthlak di setiap tempat, yaitu pada setiap tempat yang boleh dzikrullah didalamnya berupa masjid, rumah dan jalan, bagi musafir dan muqim yang merdeka maupun budak, baik laki-laki atau wanita dari penduduk desa dan kota." (Mathalib Uliy an-Nuhaa fi Syarhi Ghayah al-Muntaha: 1/802-803)

Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin –rahimahullah- (w-1421 H) berkata:
وَيُسَنُّ التَّكْبِيرُ المُطْلَقُ فِي لَيْلَتَي الْعِيدَيْنِ........
قوله: «ويسنّ التكبير المطلق في ليلتي العيدين» ، أي: يسنّ التكبير المطلق أي المشروع في كل وقت للرجال والنساء والصغار والكبار في البيوت والأسواق والمساجد وغيرها إلا في الأماكن التي ليست محلاً لذكر الله تعالى.
وأفادنا المؤلف ـ رحمه الله ـ أن التكبير ينقسم إلى قسمين:
1 ـ مطلق.
2 ـ مقيد.
فالمطلق سبق القول فيه.
والمقيد هو الذي يتقيد بأدبار الصلوات، وسيأتي إن شاء الله الكلام عليه.
وقوله: «في ليلتي العيدين» ، أي: عيدي الفطر والأضحى وذلك من غروب الشمس.
ودليل ذلك في ليلة عيد الفطر قوله تعالى: {وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ} [البقرة: 185] ، فقال: {وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ} وإكمال العدة يكون عند غروب الشمس آخر يوم من رمضان، إما بإكمال ثلاثين، وإما برؤية الهلال، فإذا غابت الشمس آخر يوم من رمضان سنّ التكبير المطلق من الغروب إلى أن تفرغ الخطبة، لكن إذا جاءت الصلاة فسيصلي الإنسان ويستمع الخطبة بعد ذلك.
ولهذا قال بعض العلماء: من الغروب إلى أن يكبّر الإمام للصلاة.
ولم يفصح المؤلف ـ رحمه الله ـ بحكم الجهر والإسرار في هذا التكبير ولكن نقول: إن السنّة أن يجهر به إظهاراً للشعيرة، لكن النساء يكبرن سراً إلا إذا لم يكن حولهن رجال فلا حرج في الجهر.
Dan disunnahkan takbir muthlak pada malam dua Hari Raya 'Ied

Ucapannya (Musa bin Ahmad al-Hajjawiy al-Maqdisiy) "Dan disunnahkan takbir muthlak pada malam dua Hari Raya 'Ied", maksudnya: disunnahkan takbir muthlak yaitu disyariatkan pada setiap waktu bagi laki-laki, wanita, anak-anak, dan orang tua di rumah-rumah, pasar-pasar dan masjid-masjid, kecuali di tempat-tempat yang bukan tempat untuk berdzikir kepada Allah Ta'ala.
Pengarang rahimahullah memberi faidah kepada kita; bahwasanya takbir itu terbagi dua bagian:
1. Muthlak
2. Muqayyad

Adapun yang muthlak telah berlalu pernjelasannya, dan muqayyad adalah (takbir) yang terikat pada setiap selesai shalat (lima waktu), akan datang penjelasan tentangnya insya Allah.

Ucapannya (yang berbunyi) "pada malam dua Hari Raya 'Ied", maksudnya; 'Ied al-Fithr dan 'Ied al-Adhha, dan hal itu sejak terbenamnya matahari.
Dan dalil hal itu pada malam 'Ied al-Fithr adalah firman Allah Ta'ala:
Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu." (QS.  Al Baqarah: 185)

Allah berfirman:
"Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah." Dan penyempurnaan  bilangan (bulan Ramadhan) itu terjadi ketika terbenamnya matahari di hari terakhir bulan Ramadhan. Bisa jadi dengan menyempurnakan tiga puluh hari, atau dengan melihat Hilal, jika matahari di hari terakhir dari bulam Ramadhan telah tenggelam, maka disunnahkan takbir muthlak sejak terbenamnya hingga khutbah ('Ied) selesai, akan tetapi jika (waktu) shalat datang, maka hendaknya seseorang melaksanakan shalat dan mendengarkan khutbah setelah itu. Oleh karena itu, sebagian ulama mengatakan; (takbiran itu) sejak terbenamnya matahari hingga imam (shalat 'Ied) bertakbir untuk shalat (takbiratul ihram).
Dan pengarang tidak menjelaskan tentang hukum menjaharkan dan melirihkan (suara) pada takbir ini, akan tetapi kita katakn; sesungguhnya sunnah adalah seorang menjaharkannya sebagai bentuk menampakkan syi'ar (Islam), akan tetapi wanita bertakbir dengan suara lirih kecuali jika  di sekitar mereka tidak ada laki-laki maka tidak mengapa menjaharkannya." (asy-Syarh al-Mumti' 'ala Zaad al-Mustaqni': 5/157-158)

Al-Allamah Abdullah bin Abdul Aziz bin Baaz –rahimahullah- berkata:

Takbir; Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa Ilaaha Illallah, Allahu Akbar Allahu Akbar, wa lillahil Hamd, atau ia menyebut tiga kali; Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa Ilaaha Illallah, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, wa lillahil Hamd, yang semisal dengannya; Allahu Akbar Kabiira, wal Hamdu Lillaahi Katsiram Wa Subhanallahi Bukratan wa Ashilan, semua ini disyariatkan  di Hari Raya 'Ied al-Fithr setelah terbenamnya matahari hingga selesai khutbah." (Fatawa Nuur ala ad-Darb: 13/355)

Al-Lajnah ad-Daaimah:

"Takbir itu disyariatkan pada malam 'Ied al-Fithr dan Hari Raya 'Ied Fithr sebelum shalat ('Ied) dan setelahnya hingga selesai khutbah ('Ied)." (Fatawa al-Lajnah ad-Daimah: 2/240)

Dari keterangan para ulama di atas, telah jelas bagi kita tentang disyariatkannya bertakbir pada malam lebaran, hal itu berdasarkan firman Allah Ta'ala:

وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur”  (QS.  Al Baqarah: 185)

Imam Abu Jakfar Muhammad bin Jariir ath-Thabariy -rahimahullah-  (w-310 H) berkata:

القول في تأويل قوله تعالى: (وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ)
قال أبو جعفر: يعني تعالى ذكره: ولتعظِّموا الله بالذكر له بما أنعم عليكم به، من الهداية التي خذل عنها غيركم من أهل الملل الذين كتب عليهم من صوم شهر رمضان مثلَ الذي كتب عليكم فيه، فضلُّوا عنه بإضلال الله إياهم، وخصَّكم بكرامته فهداكم له، ووفقكم لأداء ما كتبَ الله عليكم من صومه، وتشكروه على ذلك بالعبادة لهُ.
والذكر الذي حضهم الله على تعظيمه به،"التكبير" يوم الفطر، فيما تأوله جماعة من أهل التأويل.
* ذكر من قال ذلك:
2901- حدثني المثني قال، حدثنا سويد بن نصر قال، أخبرنا ابن المبارك، عن داود بن قيس، قال: سمعت زيد بن أسلم يقول:"ولتكبروا الله على ما هداكم"، قال: إذا رأى الهلال، فالتكبيرُ من حين يَرى الهلال حتى ينصرف الإمام، في الطريق والمسجد، إلا أنه إذا حضر الإمامُ كفّ فلا يكبرِّ إلا بتكبيره.

- حدثني المثني قال، حدثنا سويد قال، أخبرنا ابن المبارك قال: سمعت سفيان يقول:"ولتكبِّروا الله على ما هداكم"، قال: بلغنا أنه التكبير يوم الفطر.
2903- حدثني يونس قال، أخبرنا ابن وهب قال، قال ابن زيد: كان ابن عباس يقول: حقٌّ على المسلمين إذا نظروا إلى هلال شوال أن يكبرِّوا الله حتى يفرغوا من عيدهم، لأن الله تعالى ذكره يقول:"ولتكملوا العدة ولتكبروا الله على ما هداكم". قال ابن زيد: يَنبغي لهم إذا غَدوا إلى المصلَّى كبروا، فإذا جلسوا كبروا، فإذا جاء الإمام صَمتوا، فإذا كبر الإمام كبروا، ولا يكبرون إذا جاء الإمام إلا بتكبيره، حتى إذا فرغ وانقضت الصلاة فقد انقضى العيد. قال يونس: قال ابن وهب: قال عبد الرحمن بن زيد: والجماعةُ عندنا على أن يغدوا بالتكبير إلى المصلَّى.
* * *
Ucapan tentang tafsir firman Allah Ta'ala: "dan hendaklah kamu mengagungkan Allah", Abu Jakfar berkata; Allah Ta'ala maksudkan, agar kalian mengangungkan Allah dengan mengingatnya terhadap nikmat yang ia telah berikan kepada kalian , berupa hidayah yang dicabut dari selain kalian dari kalangan pemeluk agama-agama yang telah diwajibkan atas mereka puasa Ramadhan sebagaimana yang telah diwajibakan atas kalian didalamnya, sehingga mereka tersesat karena Allah telah menyesatkan mereka dan mengkhususkan kalian dengan kemuliann-Nya sehingga Ia memberikan hidayah kepada kalian, dan memberikan taufiq kepada kalian untuk menunaikan apa yang allah wajibkan atas kalian berupa puasa, dan kalian mensyukuri-Nya atas perkara itu dengan melakukan ibadah kepada-Nya 

Dan Dzikir yang Allah khususkan dalam mengagungkannya adalah takbir pada hari 'Ied al-Fithr, berdasarkan apa yang ditafsirkan oleh jamaah ahli tafsir.

Ia menyebutkan orang-orang yang menyebut demikian adalah:

Telah menceritakan kepada Kami al-Mutsanna, ia berkata; Suwaid telah menceritakan kepada kami, ia berkata; Ibnul Mubarak telah mengabarkan kepada kami, ia berkata; aku mendengar Sufyan berkata; "dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu", telah sampai kepada kami bahwasanya itu adalah takbir pada Hari Raya 'Ied al-Fithr.

Telah menceritakan kepada kami Yunus, ia berkata; Ibnu Wahb berkata, Ibnu zaid berkata; dahulu Ibnu Abbas berkata; haq bagi kaum muslimin jika mereka melihat hilal Syawwal untuk bertakbir mengangungkan Allah hingga mereka selesai dari (shalat) 'Ied mereka, karena sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman: " Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu."
Ibnu Zaid berkata; sudah sepantasnya bagi mereka jika berangkat menuju lapangan shalat untuk bertakbir, jika mereka duduk (hendaknya) bertakbir, jika imam (shalat) datang (hendaknya mereka) diam, jika imam bertakbir maka mereka (ikut) bertakbir, mereka tidak bertakbir (takbiratul ihram) ketika datangnya imam melainkan dengan takbir imam, hingga jika mereka sudah selesai shalat maka itu bererti (shalat) 'Ied telah selesai. Yunus berkata; Wahb berkata; Abdurrahman bin Zaid berkata; dan jamaah di sisi kami berangkat dengan (melakukan) takbir menuju Mushalla (lapangan shalat)." (Jaami' al-Bayaan fi Ta'wiil al-Quran: 3/478-479)

Catatan penting:
1. Bagi seorang yang ingin bertakbir ketika berangkat menuju lapangan shalat 'Ied, hendaknya ia tidak melarang atau bersikap keras terhadap saudaranya yang bertakbir di malam lebaran. Dari beberapa fakta yang terkadang didapatkan di lapangan, sebagian orang yang mengingkari takbiran di malam lebaran ternyata juga tidak bertakbir ketika berangkat menuju shalat 'Ied, entah karena lupa atau sibuk dengan hal-hal yang melalaikan mereka dari bertakbir dalam menampakkan syiar-syiar agama Islam.
2. Bagi yang bertakbiran pada malam lebaran, hendaknya tidak mengiringi takbir yang merupakan ibadah itu dengan musik-musik yang telah diharamkan dalam Islam, sehingga perbuatan tersebut tidak selaras dengan nilai-nilai keislaman dan tujuan dari bertakbir itu sendiri.
3. Tidak mengapa bertakbir di masjid, rumah, pasar dan tempat-tempat lainnya dalam rangka menampakkan syiar-syiar Islam.
4. Menghindari segala bentuk kemaksiatan ketika melakukan takbir, berupa ikhtilath (campur baur antara pria dan wanita), musik, minuman keras, mengganggu dan memudharatkan orang lain, serta perkara-perkara lainnya yang melanggar syariat.
Semoga bermanfaat.

Abu Zakariyya at-Tawawy
[Bumi Mutiara 2, Bojong Kulur, Gunung Putri, Bogor]
Menjelang berbuka puasa, 30 Ramadhan 1437/ 05 July 2016.

Komentar